Pesan Ibu merupakan Bekal Ilmu Masa Depanmu

Bekal Ilmu Tak Akan Pernah Habis.

Harta yang tak akan pernah habis adalah ilmu! kata seorang ibu yang aku puja.

Suatu hari, menjelang hari pernikahanku. Tiba-tiba aku meneteskan air mata di depan ibuku. Entah kenapa aku terasa begitu haru, tak berujung sesegukan.

Lantas ibuku bertanya : "loh, kenapa dek?"
"Tidak apa-apa, kataku".. tapi dalam hatiku terasa tertusuk sebenarnya karena mendengar wejangan dari beliau..

 
"Dek, menikah itu haru dan galau, wajar!" Yang penting kamu udah mantep dan Mami sudah melihat bibit, bebet dan bobot calon pilihanmu.

Maakkdeg...

Aku jadi berpikir dan bertanya, apakah dia benar jodohku? Apa benar dia menerima aku tulus dan ikhlas?

Teman-teman taukah bahwa bagi sebagian orang Jawa kuno khususnya. Mereka selalu memikirkan bibit, bebet dan bobot dan sangat jauh berbeda dengan anak jaman sekarang yang lebih memikirkan hal modern dan bergaya perlente dalam urusan memilih pasangan.

Hmmm..Sebetulnya, menurut aku bibit, bebet dan bobot itu memang masih sangat dibutuhkan.

Terus terang dari hal itu aku banyak belajar dan menjadi tau dari ibuku.

Apa sih yang dimaksud dengan bibit?
Apa sih yang dimaksud dengan bebet?
Dan apa yang dimaksud dengan bobot?

Aku menemukan sebuah tulisan sastra Jawa.
Bibit.
Ingkang dipun wastani bibit, inggih punika: wiji, tiyang anjodhokakên anak punika, sami ugi kalihan tiyang ananêm têtuwuhan, èsthining manah supados pawingkingipun sagêda sae uwohipun, mila kaprasudi sangêt pamilihipun dhatêng bibit.

Mênawi miturut ingkang kasêbut nginggil, saèstunipun botên gampil, nanging ancêr-ancêr ingkang kenging dipun turut: namung saking sêsawangan.

Mênawi wontên lare: edan, ayan, mêngi, cêkèk, barah, budhug, rajasinga, utawi sanès-sanèsipun sêsakit ingkang ambêbayani, jalêr, èstri, punika kalêbêt golonganipun bibit awon.

Kadospundi awonipun: bibit ingkang makatên punika ingkang kathah botên sagêd dumugi anggènipun jêjodhoan, punapa malih manawi sagêd nuwuhakên, anakipun ugi katurunan sêsakiting tiyang sêpuhipun.


Bebet.
Ingkang dipun wastani bebet, inggih punika: trah, utawi turun, mila tiyang Jawi menawi badhe ngimah-imahaken anak, angengeti dhateng bebet, sabab awon saening watekipun bebet ingkang kathah tumus dhateng bibit, kados ta: bebetipun tiyang edan, beja-bejanipun manawi nurunaken inggih gendheng utawi busuk.

Bobot.
Ingkang dipun wastani bobot, inggih punika: kelakuan utawi anteping manah, sanadyan bibit sae, sarta bebetipun tiyang sae, nanging lare wau angantêpi kalakuan awon, ingkang tamtu lajeng dados panacadan. Terangipun malih: sanadyan putraning priyantun, bilih kalakuanipun awon, inggih sinirik ing tiyang.

Kajawi ingkang kacariyos nginggil, anjodhokaken lare punika ingkang sae lare ingkang sampun diwasa, tegesipun nêdhêng, utawi akil baleg, awit manawi dereng akil baleg, teksih kenemen wiji, watekipun wiji nem punika tuwuhipun kirang sae, makaten ugi tetaneman, manawi wijinipun enem sanadyan sageda tuwuh inggih boten tulus gesangipun.

Saweneh wonten ingkang anetepakên dhateng kodrating Pangeran. Kados ing ngandhap punika.

(Dikutip dari sebuah tulisan dalam bahasa Jawa, Bagas Kasarasaning Badan, Sudirahusada, c. 1915, #100, www.sastra.org)


Yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia secara awam adalah kurang lebih seperti ini menurut paman /om saya yang bernama Martinus Ambar Waluyo, salah seorang guru di salah satu SMA Negeri di Magelang.

Bibit / Asal Usul Keturunan.
Yang dimaksud dengan bibit (benih) yaitu keturunan, orang yang akan menjodohkan anaknya, sama juga dengan orang yang akan menanam buah-buahan sesuai dengan perasaan hatinya, supaya nantinya dapat menghasilkan buah yang baik. Oleh sebab itu bagaimana dapat diupayakan memilih benih yang baik.

Jika menurut apa yang dikatakan diatas, sebenarnya tidak mudah, hanya perlu syarat-syarat yang dapat digunakan sebagai pedoman , bukan hanya dari pandangan.

Jika ada anak sakin gila, sakit epilepsy, asma, sakit tenggorokan bintik-bintik putih pada kulit, sakit pendengaran, sakit sifilis atau penyakit lain yang membahayakan laki-laki, perempuan, apalagi yang termasuk benih jelek.

Bagaimana jeleknya benih seperti ini banyak yang tidak sampai perjodohan apalagi dapat memberikan keturunan, anaknya juga merupakan keturunan orang tuanya yang sakit.

Bibit adalah asal usul/keturunan. Di sini kita diajarkan untuk konsen terhadap asal-usul calon menantu. Jangan sampai memilih menantu bagai memilih kucing dalam karung, yang asal-usulnya tidak jelas, keluarganya juga remang-remang, pekerjaannya cuma begadang di jalanan. Namun, bukan berarti bahwa kita harus mencari menantu keturunan “darah biru”, tetapi setidaknya calon menantunya punya latar belakang yang jelas dan berasal dari keluarga yang baik-baik.

Menurut teori Gen oleh Gregor mendel yang dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan berikutnya, bahwa manusia pada dasarnya mewarisi sifat-sifat fisik dan karakter dari orang tuanya, atau juga nenek dan kakeknya secara genetik. Ciri-ciri ini nampak melalui aspek tinggi badan, warna kulit, warna mata, keadaan rambut lurus atau kerinting, ketebalan bibir dan sebagainya. Demikian pula bahwa sifat dan tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan daripada induk asal. Sebagai contoh sifat pendiam, cerewet, dominan atau pasif adalah ciri-ciri sifat alamiah manusia yang tidak dipelajari melalui pengalaman, tetapi hasil warisan generasi sebelumnya.

Bebet merupakan status sosial (harkat, martabat, prestige). Filosofi Jawa memposisikannya dalam urutan ketiga. Bebet ini memang penting tapi tidak terlalu penting. Dalam filosofi Jawa mengatakan, “Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman”, (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi). Tetapi, apa salahnya kalau status sosial sesorang juga menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan calon menantu. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa status sosial juga merupakan kebutuhan dasar manusia.

Pemilihan yang hanya berdasarkan wujud lahiriah dan harta benda dapat melupakantujuan mendapatkan keturunan yang baik, sholeh, berbudi luhur, cerdas, sehat wal afiat, dan sebagainya.

Bobot adalah kualitas diri baik lahir maupun batin. Meliputi keimanan (kepahaman agamanya), pendidikan, pekerjaan, kecakapan, dan perilaku. Filosofi Jawa ini mengajarkan, ketika mau ngundhuh mantu akan mempertanyakan hal-hal tersebut kepada calon menantunya.

Hal ini mereka lakukan sebagai kewajiban orang tua terhadap hak anak, yakni menikahkan dengan seseorang yang diyakini mampu membahagiakan anaknya.

Karena setelah menikah tanggung jawab akan nafkah, perlindungan dan lain-lain berpindah ke suami. Oleh karena itu, tak heran terkadang ada orang tua yang cenderung memaksa atau intervensi urusan yang satu ini kepada putrinya.

Sebab, siapa yang rela atau tega bila putri kesayangannya yang mereka besarkan dengan penuh kasih sayang harus menjalani hidup penuh deraian air mata di tangan suami yang kejam yang tak kenal sayang? Untuk itu konsepsi bobot ini diterapkan dalam rangka memberi perlindungan, kasih sayang dan penghormatan kepada wanita.

Bobot dalam filosofi ini meliputi :
1) Jangkeping Warni (lengkapnya warna), yaitu sempurnanya tubuh yang terhindar dari cacat fisik. Misalnya, tidak bisu, buta, tuli, lumpuh apalagi impoten.
2) Rahayu ing Mana (baik hati) bahasa kerennya “inner beauty”. Termasuk kategori ini adalah kepahaman agama sang menantu.
3) Ngertos Unggah-Ungguh (mengerti tata krama).
4) Wasis (ulet/memiliki etos kerja).
Dalam filosofi ini kita diajarkan untuk tidak silau oleh harta dan kemewahan yang dimiliki calon menantu.
 
(hmmmm... panjang juga ya obrolanku dengan om-ku semalam..)

Tapi arti dan makna tersebut sangat perlu kita tanamkan lho untuk generasi anak-anak kita. Apalagi yang memiliki keturunan Jawa totok.

Jadi, apakah kamu percaya bahwa apa yang diajarkan ibumu itu merupakan bekal ilmu yang berharga dalam perjalanan hidupmu?

Inget yaa.. Bibit, Bebet dan Bobot!

Terima kasih ibuku yang sudah mau melahirkan dan membesarkan aku, bahkan mengajarkanku tentang kehidupan dalam memilih masa depan.

#ditakustorial #ditakupunyacerita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Boosting Your Career Skills with Creative Writing Course at The British Institute (TBI)

Rekomendasi Perawatan Wajah Paling Bergengsi Tahun 2024!

Senangnya Berkomunitas di MAMS Traveloka